Posted by : Unknown Rabu, 23 Oktober 2013

25. Pengembangan Kemampuan Intuitif dan Bahaya Siddhi-siddhi Print E-mail
Pengembangan Kemampuan Intuitif dan Bahaya Siddhi-siddhi.
Antara Sattva dan Purusa benar-benar sulit dibedakan; sementara itu segenap pengalaman dikualifikasikan dalam kerancuan pemahaman seperti itu;
melalui Samyama pada manfaat Purusa diperoleh pengetahuan tentang Purusa, sehingga dapat dipilah dengan yang bukan Purusa.
Darisana pula pendengaran, penglihatan, sentuhan, kecapan dan penciuman intuitif dilahirkan.
[YS III.36 dan III.37]
Tak banyak yang perlu dikomentari dari kedua sutra ini, kecuali pengembangan intuisi lewat Samyama dan penegasan lagi bahwasanya guna sattvam bisa sangat mengelirukan dengan Purusa. Purusa jernih, transparan, netral, tak terjangkau oleh nalar atau kecerdasan (buddhi) manusiawi yang tanpa sifat; sedangkan sattva adalah salah-satu sifat atau kekuatan luhur dari Prakriti. Sattva ditandai dengan pertimbangan-pertimbangan yang mengarah pada kebajikan, moralitas dan pengetahuan suci. Dialah yang mewarnai citta, dan citta yang terwarnai olehnya disebut buddhi.
Dalam Samãdhi Pãda, ini telah disinggung. Ia merupakan ajaran Sankhya yang juga diadopsi oleh Yoga. Memang, pengetahuan tentang itu hanya lewat mempelajari dari buku-buku kemudian menghafalkannya, bukanlah Yoga. Yoga mengantarkan pada penyelaman jauh lebih dalam. Ia mengantarkan pada pengalaman langsung sehingga Sang Yogi memahami dengan merasakannya secara langsung.
Siddhi-siddhi, betapapun pentingnya itu dipandang dari sudut duniawi, merupakan penghalang-penghalang tercapainya Samãdhi.
Dengan melepaskan penyebab dari keterikatan (bandha karana) dan melalui pengetahuan tentang penetrasi, citta bisa memasuki tubuh lain.
[YS III.38 - III.39]
Seperti juga telah diingatkan oleh Sri Swami Sivananda pada awal bagian ini, sutra III.38 ini menegaskan lagi bahaya dari siddhi-siddhi ini. Sutra III.5, sebelumnya telah sejak dini mengingatkan tentang kemana Samyama hendaknya diarahkan.

Bagi siddhi-siddhi ini Swami Satya Prakas Saraswati malah memberi penegasan kalau semua hasil-hasil gaib itu tidak ada hubungan apapun dengan Yoga. Seorang Yogi tidak mencari siddhi, kesaktian atau berbagai kekuatan gaib lainnya. Siddhi malah merupakan godaan dan seorang Yogi harus amat waspada agar jangan sampai tergoda. Ini akan menyeret dan menggelincirkannnya ke bawah, sehingga lenyaplah segala apa yang telah dicapainya.
Kemampuan-kemampuan Eksternal Dan Internal yang diperoleh dari Samyama.
Dengan menguasai Udana, air, lumpur, duri, dan yang lainnya tidak dapat menyentuh; kematianpun teratasi.
Dengan menguasai Samana, kerja api pencernaan diketahui.
[YS III.40 dan III.41]
Apa yang dipaparkan dalam dua sutra ini merupakan pencapaian eksternal; dapat dikatakan tidak terkait langsung dengan pencapaian tujuan akhir. Dengan tersingkirkannya abhinivesa, sirnalah ketakutan akan kematian. Jadi, bagi Sang Yogi itu tak perlu diatasi lagi. Dengan berusaha mengatasinya, malah mencerminkan bahwa Sang Yogi belum berhasil menghancurkan abhinivesa-nya. Sesungguhnya Sang Yogi tak takut mati, disamping beliau telah mengetahui ke alam apa beliau terlahirkan, atau bahkan tidak terlahirkan kembali di alam manapun sesudah ini. Jangankan beliau sendiri, orang lain atau makhluk lainpun dapat beliau ketahui asal dan tujuan kelahirannya.
Mungkin paparan ini dimaksudkan Patanjali sebagai peringatan saja; artinya bila itu dicapai, berarti Samyama yang dilakukan sudah baik dan benar langkah-langkahnya. Jadi sejenis rambu-rambu saja dalam perjalanan sadhana. Prana, Apana, Samana, Vyana dan Udana adalah lima daya-vital utama yang disebut juga Panca Prana, seperti yang pernah disinggung sebelumnya.

Dengan samyama pada telinga-angkasa (srotra akasa), datang pendengaran dewata atau pendengaran bijak (divya srotra).
Samyama pada hubungan antara tubuh-angkasa (kaya akasa), datang keringanan bagai kapas dan kemampuan menjelajahi angkasa.
Samyama pada kesadaran yang di luar jangkauan kecerdasan, mahavideha dicapai; dengan begitu tabir penutup sinar kesadaranpun hancur.
[YS III.42 dan III.44]
Ada dua pencapaian bersifat internal yang menarik disampaikan disini; masing-masing adalah divyasrotra dan mahavideha. Divyasrotra adalah pendengaran dewata. Kemampuan ini memungkinkan Sang Yogi untuk mendengar dan mengerti bahasa segenap makhluk hidup. Beliau juga mengerti bahasa yang digunakan oleh para dewa dan Tuhan sendiri di dalam memberikan petunjuk, bimbingan dan pengajaran. Yogi dengan kemampuan seperti inilah yang mampu menerima wahyu ilahi.
Mahavideha adalah kemampuan tingkat tinggi dimana Sang Yogi telah sepenuhnya mengatasi badan fisikal, daya-vital dan mental. Mereka telah sepenuhnya takluk dan ada dalam kekuasaan Sang Mahavideha, yang adalah sosok kesadaran ilahi. Disebutkan juga bahwa triguna —kekuatan yang ada pada dan menguasai setiap wujud— telah kehilangan daya cengkeramnya bagi beliau. Beliau bisa dengan mudah berganti-ganti mengenakan wujud, berganti dari wujud yang satu ke wujud yang lainnya. Alam wujud telah beliau tundukkan karena kini beliaulah pengejawantahan dari Hyang Purusa itu sendiri. Bagi beliau tak ada sesuatupun yang tidak diketahui.

Melalui Samyama pada materi kasar (sthula), bentuknya, kehalusannya, kandungannya dan manfaatnya, dunia material teratasi (bhuta jaya).
Kemudian daripadanya tercapai anima dan yang lainnya (mahima, laghima dsb.), kesempurnaan tubuh dan kesempurnaan ketahanannya yang bersifat prinsipil.
Wajah yang indah, keanggunan, kekuatan, dan kekerasan bak guntur merupakan kesempurnaan tubuh.
[YS III.45 - III.47]

Pencapaian-pencapaian eksternal seperti yang banyak dipaparkan dalam Pãda ini, hendaklah dimaknai sebagai yang memberi kemudahan-kemudahan bagi seorang Yogi di dalam mencapai tujuan akhir. Halangan-halangan atau hambatan-hambatan yang bersifat jasmaniah atau keduniaan mungkin saja dialami oleh sang Yogi dalam pendakian spiritualnya karena karmavasana dari kehidupan lampaunya yang tak dapat ditolak. Disinilah kemudahan-kemudahan ini akan bermanfaat sebesar-besarnya demi kesempurnaan jñana, viveka dan prajña dari Sang Yogi.
sumber:http://www.parisada.org/index.php?option=com_content&task=view&id=314&Itemid=93

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog

Popular Post

Blogger templates

SELAMAT DATANG DI BLOG SUGITA WIBHUSHAKTI
Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

- Copyright © SUGITA WIBHUSHAKTI -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -