Posted by : Unknown Rabu, 23 Oktober 2013

Salya Tantra Ilmu Pengobatan Bedah Menurut Ayurveda Print E-mail
 Salya Tantra
Ilmu Pengobatan Bedah Menurut
Ayurveda
Oleh : Ngurah Nala
Universitas Hindu Indonesia
Di dalam kitab Sushruta Samhita dikatakan bahwa salya atau pembedahan merupakan terapi atau chikitsa yang paling baik, cepat dan berhasil untuk menanggulangi penyakit tertentu yang memerlukan pengangkatan atau menghilangkan bagian tubuh yang menyebabkan terjadinya penyakit. Menurut istilah Ayurveda, pengobatan dengan cara pembedahan dilakukan terhadap penyakit yang diakibatkan oleh penumpukan unsur tri dosha, dhatu dan mala di dalam tubuh. Dengan cara dibedah akan memberikan kesempatan kepada tubuh untuk mencapai keseimbangan dan keharmonisannya kembali. Salya atau pembedahan tidaklah hanya menyangkut pembedahan atau operasi saja, tetapi termasuk juga bagairnana menegakkan diagnosis, persiapan mengenal metode yang dipergunakan, ukuran, operasi, alat bedah, metode penanganan pasca bedah, dan mengembalikan kesehatan agar kesehatan kembali normal kembali. Cara yang biasa dipergunakan dalam pembedahan menurut Ayurveda adalah:
Dengan cara dibedah akan memberikan kesempatan kepada tubuh untuk mencapai keseimbangan dan keharmonisannya kembali. Salya atau pembedahan tidaklah hanya menyangkut pembedahan atau operasi saja, tetapi termasuk juga bagairnana menegakkan diagnosis, persiapan mengenal metode yang dipergunakan, ukuran, operasi, alat bedah, metode penanganan pasca bedah, dan mengembalikan kesehatan agar kesehatan kembali normal kembali. Cara yang biasa dipergunakan dalam pembedahan menurut Ayurveda adalah:
DAHA
Daha adalah cara menghilangkan bagian kecil tubuh yang tumbuh mengganggu (biasanya berupa tonjolan di daerah kulit) dengan cara pembakaran. Untuk membakar bagian tubuh ini dapat dipergunakan larutan kimia (ksara) atau langsung dipanasi (agni).
KSARA
Ksara atau kauterisasi merupakan cara menghilangkan dengan mempergunakan cairan, getah, larutan atau penggunaan bahan larutan kimia (alkali) untuk membakar, khusus pada penyakit tertentu, dianggap lebih baik bila dibandingkan dengan diobati mempergunakan cara pembedahan biasa. Terutama untuk penyakit kulit, ambeien, fistula terbakar dan lamakelamaan menimbulkan luka yang sulit sembuh berbekas setelah sembuh. Atau dengan mempergunakan getah batang kayu suranga (jeruk) yang belum kering betul. Batang ini dibakar, dan ujung yang tidak terbakar akan keluar getah berbuih. Getah yang masih hanyat ini dioleskan beberapa kali pada kulit yang ada benjolannya setiap hari.

Larutan alkali pada umumnya dibuat dari bahan tumbuh-tumbuhan, terutama dari abu kayu tertentu yang dibakar. Cara membuat larutan ini harus melalui prosedur tertentu. Misalnya, seorang vaidhya, tabib atau balian akan membuat larutan alkali ini. Terlebih dahulu harus menyucikan badannya pada musim gugur (sarat). Kemudian mendaki sebuah bukit atau gunung untuk mencari tanaman ashita mushka (ghanta parula) yang setengah umur. Melalui suatu upacara homa (api), dengan mempergunakan bunga putih dan merah, vaidhya memotong pohon tersebut menjadi potongan kecil-kecil, ditempatkan di tempat yang tidak berangin. Kemudian kayu ini dibakar dan abunya diambil. Dengan cara yang sama dibakar sampal menjadi abu dan daun, akar dan buah dan tanaman agnimantha, apamarga, argvadha, saptachchhada, snuhi, tilvaka, vibhitoka (vrisha) dan jenis lainnya.
Kemudian dicelupkan seukuran 8 pala (1 pala = 48 gram) bahan shankhanabhi dalam air bersama dengan abu dan tanaman agnimantha dan yang lainnya, lalu dimasak dan diaduk terusmenerus. Setelah dianggap cukup kental, dituangkan ke dalam kendi dan besi dan ditutup rapat. Hasilnya merupakan larutan alkali dengan kategori potensi ringan. Untuk membuat larutan alkali yang berpotensi sedang, harus ditambahkan bubuk obat yang dikenal dengan nama chitraka, danti, dravanti, hingu, vacha, vidha, visha dan lain-lainnya. Jika menginginkan larutan alkali dengan potensi kuat, hendaknya ditambah dengan masingmasing bahan sebanyak 8 tola (1 tola = 12 gram).

Larutan alkali yang berkualitas baik ialah yang berwarna putih, bening dan licin serta begitu ditempatkan pada bagian tubuh yang akan diobati, dengan cepat dapat membakar bagian tubuh tersebut yang menyebabkan sakit. Tempat yang diberikan larutan alkali akan kelihatan seperti terbakar, berwarna kehitaman dan meninggalkan bekas cekungan. Bila tidak tampak seperti ini, jika warnanya kemerahan seperti tembaga atau terasa sakit, gatal dan sebagainya, berarti tempat ini belum terbakar sepenuhnya. Harus diulangi lagi dengan meneteskan larutan alkali. Kalau tempat tersebut berdarah, apalagi orangnya sampai pingsan, ada rasa terbakar dan panas, berarti kelebihan larutan alkali.

Ada beberapa kontra indikasi atau hal yang harus dihindari dalam mempergunakan larutan alkali ini terutama pada penyakit tertentu. Misalnya orang yang lemah, bayi, orang tua, orang yang takut terhadap pengobatan ini, orang yang sakit perut karena busung air, wanita hamil, haid, demam tinggi, sakit pada lubang kemaluan, sakit paru kronik, orang yang menderita hus abnormal (trt, trsa), laki-laki impoten, wanita dengan peranakan terganggu, tidak dianjurkan untuk melakukan pengobatan mempergunakan larutan alkali.

Juga dilarang untuk melakukan pengobatan alkali ini pada pembuluh darah balik atau vena, saraf, sendi, tulang rawan, suturan (pertemuan dua tulang di kepala), pusar, alat kelamin, bagian tubuh yang ditutupi selaput tipis (bibir, rongga mulut, lubang telinga dan lain-lainnnya), bagian dalam kuku, bagian tubuh yang lunak, mata (kecuali kelopak mata).
AGNI
Mengobati dengan cara agni atau membakar, kadang-kadang jauh lebih baik hasilnya dibandingkan dengan cara ksara pada penyakit tertentu. Menurut isi kitab Sushruta Samhita, penyakit yang akan diobati dengan cara agni hendaknya diketahui betul bahwa penyakit tersebut memang tidak mungkin diobati dengan cara lain, tidak mempan dioperasi, sudah pasrah untuk diobati dengan cara agni.

Agni atau pembakaran (kauterisasi) dengan panas, terutama dilakukan terhadap penyakit tumor, fistula, pembengkakan pada testis (buah pelir), kaki bengkak (kaki gajah), pembengkakan pada kelenjar, kulit kehilangan warna, ulkus kronik, sakit kepala, wasir (ambeien) dan beberapa penyakit lainnya.
Pembakaran dapat dilakukan dengan mempergunakan besi panas yang membara dari berbagai bentuk, mempergunakan varti (tongkat obat pembakar), godantha (gigisapi), surya kanta (batu kristal berbagai bentuk). Cairan seperti madu, sirup, minyak dan lilin yang telah masak, dengan panas tertentu juga sering dipergunakan sebagai agni. Bentuk kauterisasi atau agni dapat berupa lingkaran titik, garis atau seluruh permukaan, tergantung indikasi dan kontra-indikasinya.
Setelah bagian tertentu yang dikehendaki untuk dibakar selesai, hendaknya diolesi dengan ghee dan madu. Sebaiknya segera diolesi dengan minyak yang ringan dan dingin pada tempat yang teiah terbakar tersebut. Suatu pembakaran dianggap berhasil, bila bagman tubuh yang dibakar itu tampak ada lasika (serum), ada terdengar bunyi seperti terbakar, warna seperti buah paimira masak, atau pendarahan terhenti, tidak merasa sakit setelah pengobatan.
Yang merupakan kontra-indikasi pada pengobatan pembakaran ini adalah sama dengan seperti pada penyakit atau keadaan pada pemakaian larutan alkali. Terutama pada mereka yang mengalami perdarahan dalam tubuh, usus atau organ pecah dan mereka yang menderita ulkus. WHD No. 451 Agustus 2004.
sumber: http://www.parisada.org/index.php?option=com_content&task=view&id=738&Itemid=80

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog

Popular Post

Blogger templates

SELAMAT DATANG DI BLOG SUGITA WIBHUSHAKTI
Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

- Copyright © SUGITA WIBHUSHAKTI -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -